Memperingati Isra' Mi'raj

http://alifmagz.com/wp/wp-content/uploads/ed3_thisfriday.jpg
Isra Mi'raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam. Isra Mi'raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah.

Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi'raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.

Peristiwa Isra Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.

Kiat-kiat Menjadi Orang Sukses Dan Mulia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiaN1L0HE_SOxcAaERxM5yapDcsLn-HQb_htewjiHjG4OJSvkS2N8xt_z57x3SA4rsPSSifDTVaWPkZuSVjEj_wtzRTwmnVPkDmcx3Q_ki6SVsb5MRYuShwNZFdfBfQlAUFemVfd2Llfs/s1600/cara-sukses.jpg
Jika hidup tanpa ibadah yang benar ibarat hidup tanpa pondasi, bangunan tanpa pondasi akan roboh dengan ibadah yang benar Insya Allah akan mebuat kita semakin tawadhu dan kokoh kepada Allah.

1. Berakhlak baik

Ibadah bagus siang malam, tapi selesai sholat mulut kotor, tidak jujur, apalah artinya ibadah, kalau tidak di barengi akhlak baik maka perlu 5S :

( Senyum, Salam, Sapa, Sopan & Santun )

Pemimpin adalah TELADAN kalau memimpin dan mengatur diri sendiri tidak mampu bagaimana mungkin kita bias mengatur dan memimpin orang lain, BUKTIKAN !!


2. Belajar tiada henti

Akhlak sudah baik, ibadah bagus tapi itu tidak cukup karena masalah akan bertambah, potensi konflik bertambah, kebutuhan semua bertambah, bagaimana mungkin menyikapi segala yang makin ruwet dengan ilmu yang tidak bertambah.

Ciri sukses adalah orang-orang yang cinta ilmu dengan belajar.

Kesuksesan hari ini tidak berarti besok kita akan meraih sukses lagi tanpa kesiapan diri dan berjuang lebih keras, maka sukses akan sulit dipertahankan !!


3. Bekerja dengan 5 AS

  • Kerja Keras, 
  • Kerja Cerdas,
  • Kerja Kualitas,
  • Kerja Tuntas,
  • Kerja Ikhlas.
Yang harus menjadi standar ada pada diri kita adalah bekerja optimal dengan pemikiran yang cerdas karena ada yang kerja keras tetapi akal tidak digunakan akibatnya cuma jadi pekerja keras saja.


4. Bersahaja dalam hidup

Ada orang yang bekerja keras tetapi sia-sia, karena ditipu oleh keborosan, bermegah-megah, diperdaya, dikutuk oleh orang lain, dan menjadi kedengkian. Kenapa ?? karena tidak tidak bersahaja, padahal akibat gemar bersahaja maka kemampuan keuangan kita lebih tinggi diatas kebutuhan sehingga bisa menyimpan uang bersodaqoh, dan berinvestasi, budaya masyarakat kita diharapkan bukan budaya punya barang, tapi budaya berinvestasi akibatnya selalu punya nilai tambah.


5. Bantu Sesama

Alat ukur sukses kita setelah bersahaja adalah punya kelebihan untuk memajukan orang-orang yang benar-benar tidak mampu dengan memberi bantuan seperti Sembako, dll. Kesuksesan kita mulai diukur dengan kemampuan membantu orang lain, membuat lapangan kerja sebanyak mungkin, sehingga orang lain lebih maju lagi dengan mempunyai tata nilai yang sama dengan kita.

Ibadah yang bagus, akhlak yang bagus, terus berusaha untuk belajar menambah ilmu, bekerja keras dengan saling tolong menolong.


6. Bersihkan hati selalu

Mengapa ?? Allah tidak menerima amal, kecuali ikhlas jangan merasa ujub, dengan tidak merasa berjasa, dengan tidak merasa paling bisa, dengan tidak merasa paling mulia, tetapi semuanya karena Allah. Alhamdulillah !!

Semua ini adalah karunia Allah kita harus merasa beruntung karena dijadikan jalan; Jalan rezeki bagi tetangga, jalan ilmu bagi semua orang, jalan kesuksesan bagi semuanya Allahlah yang memberi.

Inilah orang yang akan sukses, karena dia tidak menjadi sombong apalah artinya kita mendapatkan banyak hal kalau kita tidak mendapat ridlo dari Allah karena kesombongan kita. Dengan cara beribadah yang benar, membuat kita semakin tawadhu, kokoh mengadbi kepada Allah, hati tentram.

Ekstrakulikuler Sekolah

http://images.travelpod.com/tw_slides/ta00/ee7/5a2/12983756918-tpfil02aw-18159.jpg

Yups, bagi blogger setia pasti tau dong tentang nama yang satu ini. Right, bener banget kali ini blog MAN Rangkasbitung akan membahas tentang Eskul or kita bisa menyebut nama aslinya yaitu Ekstrakulikuler Sekolah. Sebenernya apa sih, eskul ini ? Adakah manfaatnya untuk kita ? Yuk, simak tulisan yang satu ini !! :)

Eskul atau Ekstrakulikuler adalah salah satu kegiatan atau progam yang diadakan sekolah untuk mengasah bakat dan minat para siswa siswinya. Macam-macam eskul yang biasa diadakan disekolah adalah :
  1. KIR ( Karya Ilmiah Remaja ) 
  2. OSIS 
  3. MPK 
  4. PKS
  5. Pramuka 
  6. Paskibra 
  7. PMR 
  8. Paduan Suara 
  9. Drumband/Marcing Band 
  10. Rohis 
  11. Marawis 
  12. English Club 
  13. Science Club 
  14. Sport Club ( Basketball, Football, Volleyball ) 
  15. Karate 
  16. Pencak Silat
Dan masih banyak yang lainnya. Organisasi tersebut diadakan untuk mengetahui sejauh mana seorang siswa mampu mengasah bakat dan minatnya dalam suatu wadah atau tempat yang memang bertujuan untuk mengarahkannya. Selain itu, biasanya eskul juga merupakan sarana untuk ajang-ajang perlombaan. Misalnya, dalam perlombaan public speaking, sang guru bisa memilih langsung dari English Club yang diadakan disekolah. Dalam perlombaan karya ilmiah, guru bisa menentukan dengan mudah orang-orang yang sesuai dengan tema penulisan yang diambil dari KIR disekolahnya. Wuih, masih banyak loh sebenernya manfaat dari eskul ini. So, temen-temen jangan ragu untuk memilih eskul yang diminati ya, siapa tahu bakat temen-temen bisa terasah dengan eskul-eskulnya …

SEMANGAT !!

Sweet Profiles


Blogger setia, kali ini disini akan dibahas siapa aja sih orang-orang berprestasi yang ‘hadir’ dilingkungan MAN Rangkasbitung yang pastinya udah membuat bangga MAN Rangkasbitung :)

Irma Hidayah
http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/229207_219367141425404_100000563606980_844000_4606918_n.jpg#3-photo
Gadis lembut berkacamata ini punya sesuatu yang luar biasa lo. Bukan hanya keramahan dan kelembutannya yang jadi topik utama dalam setiap pembicaraan tapi juga prestasinya. Irma, begitu ia biasa disapa sebelum UAS kemarin baru aja memenangkan perlombaan menulis karya ilmiah. Hebat kan? Tingkat provinsi lagi.

Nida Adilah
http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/224659_182209635163621_100001237573423_466301_6619392_n.jpg
Perempuan yang satu ini, termasuk perempuan yang tidak bisa diam di lingkungan MAN Rangkasbitung, pembawaannya ceria dan selalu semangat. Beberapa bulan yang lalu baru menang juara tiga lomba HIMBASDA FESTIVAL ART 2011. Selain itu gadis yang mengaku penggemar masakan ibu ini termasuk 16 besar dari 89 peserta dalam lomba yang diadakan sama MHI kepunyaan bupati Lebak Bpk. Jaya Baya.

Manfaat Pelajaran TIK Di Sekolah

http://ikakartikat.files.wordpress.com/2011/02/komputer.jpg

Semua pembaca blogger yang masih sekolah pasti sering dong, mengikuti pelajaran TIK di sekolahnya masing-masing? Apa saja yang dipelajari? Bagaimana kontribusinya dalam kehidupan blogger semua?

Pada dasarnya pelajaran TIK atau Teknologi Informasi Komputer ini adalah pengenalan dasar tentang komputer, seperti berbagai macam perangkat keras dan perangkat lunak yang salah satu contoh dasarnya adalah : Microsoft yang terdiri dari progam Excel, Word, Accsess dan Power Point, kalau pun ada tambahan pasti tentang pengenalan tambahan adalah tentang progam internet.

Lalu, manfaat apa saja ya, yang bisa kita ambil dari pembelajaran TIK ini? Banyak blogger setia, yaitu kita lebih mengenal tentang sejarah komputer, awal mula komputer dibuat, kata dasar komputer dan lain sebagainya. Selain itu, pelajaran TIK juga bisa membuat kita mengenal komponen terluar hingga terdalam dari komputer itu sendiri, seperti perangkat keras yang terdiri dari keyboard, layar, mouse, hardisk, cpu dan lain sebagainya. Kemudian kita bisa lanjutkan dengan mengenal sekaligus mempelajari perangkat lunak, yang terdiri dari program-program yang berada dalam komputer seperti,winamp, paint, mp3 player, VLC, photoscape dan masih banyak yang lainnya.

Manfaat yang bisa kita petik untuk kehidupan sehari-hari adalah, paling tidak bisa menghindari kita dari gagap teknologi, kedepannya siapa tahu saja kita bisa menciptakan program-program yang bisa digunakan oleh masyarakat.

So, mari kita belajar TIK dengan giat ya …

Bisikan Anak Bangsa

http://3.bp.blogspot.com/_DJIdrcgArKE/TAcEjWFE9wI/AAAAAAAAAFg/f3iONgh9k-4/s1600/kreasi+anak+bangsa.jpg
Ilmu, penerang di setiap detak waktu
Pedoman, di setiap langkah pantai kehidupan
Ilmu, menentukan kemana arah mimpi yang di dambakan
Ilmu, seulas cahaya penuh makna
Segenggam kata penuh manfaat

Ilmu, dari pendidikan
Pendidikan membuahkan ilmu
Dua kata yang kuat, penentu masa yang akan datang
Namun kini, dimana letak kedua sejoli itu ?
Dimana letak pendidikan di negeri ini, kemana ilmu itu ?

Sebuah masalah kembali tercerna dalam benak
Takkan pernah habis menjadi bahan ocehan publik
Beribu argumen mereka lontarkan di meja bundar sana
Tapi tak pernah berdampak pada kami rakyat kecil
Seperti anai-anai bertebaran, hingga melebur menjadi setitik debu
Yang terasingkan jauh dari gemerlap dunia ibu kota

Kemana kami berlabuh ?
Dimana singgasana keadilan itu terdampar ?
Hingga kesengsaraan itu selalu setia menghantui
Peluh cucuran keringat para rakyat di pelosok desa
Namun tak pernah terbalaskan dengan setimpal

Anak bangsa hanya tertunduk lemas, harap-harap
Bisa mengenyam pendidikan layaknya di kota sana
Berbagai macam opini bergelayutan
Tentang Nasib anak bangsa, tunas bangsa
Tulang rusuk negara, penentu nasib negeri ini
Namun, apa yang telah mereka dapat
Pendidikan ? Ilmu ?

Dapatkah mengerti, duhai engkau yang di sana
Mimpi anak bangsa, mimpi rakyat kecil, mimpi-mimpi
Dan mimpinya juga mimpi negara ini
Bagai segerombol sang musafir kehausan
Haus terhadap ilmu !

Sobat-sobatku, jangan pernah takut bermimpi
Mimpilah seluas benua amerika
Percayalah kita mampu, kita bisa, semua dapat
Menaklukan aral yang melintang
Problematika panggung kehidupan
Bersama keyakinan yang tertanam jauh di lubuk hati
Pendidikan harus di tegakan, Ilmu harus di jelajahi tanpa lelah
Dua kata makna penentu kehidupan

Agar tahu kemana kaki harus melangkah
Tanpa terjembab di lubang kebodohan
Pendidikan, Ilmu, Teruslah kau merajalela
Memasuki setiap pelosok negeri hingga tercapai
Sebuah cita-cita suci negara tercinta ini
Indonesiaku !!!

By : Ajeng Restiyani - X2

Ketika Tuhan Bicara

http://ummuhaq.qulhaq.com/wp-content/uploads/2009/06/pray.bmp
Aku pernah bertanya pada Tuhan …
Apakah terlalu cepat aku mencintainya …?
Apa terlalu cepat aku mengaguminya …?
Apa suatu saat nanti Tuhan mengizinkan aku bersamanya …?

Saat, aku merintih dalam tangisanku ...
Tuhan tetap enggan menjawab pertanyaanku ...
Aku hanya mampu terdiam, bertanya dalam hati ...
“ Apa aku salah seperti ini…? “
Tapi, ternyata Tuhan menjawab tanyaku …
Tidak ada yang salah dalam mencintai seseorang …
“ Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu saudaranya. ( Hr. Abu Daud dan At-Tirmidzi ) “

Tapi, Tuhan …
Aku sudah memiliki kekasih ... Bagaimana dengan dia ?
Oh, aku tahu dia pun yang aku cintai sudah memiliki kekasih …
Tuhan kembali memelukku lagi, tenang rasanya ...
“ Dan apabila kami berikan rahmat pada manusia, niscaya mereka gembira dengan (rahmat) itu.
Tetapi apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) karena kesalahan mereka sendiri, seketika itu mereka berputus asa. (Q.S. Ar-Rum : 36)

Tapi, Tuhan …
Aku tak mampu … Aku tak bias (bahagia) …
Meskipun ini rahmat atau apalah namanya aku tetap tak bias …
Aku lemah tentang rasa ini,
Tuhan kembali menjawab pertanyaanku ...
“ Dan janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman. (Q.S. Al Imran : 139) ”

Aku hanya mampu terdiam sekarang …
Lalu apa yang harus aku lakukan sekaran Tuhan …?
“ Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (Q.S. Al-Baqarah : 45) ”
Aku terdiam ... Jadi begitulah perasaanku padamu …
Aku akan bersabar, karena Tuhanku bicara dan memintaku untuk bersabar ...

By : Nida Adilah - XI IPS 1

2 Days, 2 Turtles and 1 Pen For Forever

http://unik.supericsun.com/wp-content/uploads/HLIC/4bed216efb2ed7e98f7ebb2069ffa748.jpg
“ Muhammad Yudha Darmawan…? “ suaraku tercekat

“ What? “ tanya Ginza

“ Muhammad Yudha Darmawan… yeah, it’s Muhammad Yudha Darmawan “ aku tak menjawab pertanyaan Ginza

“ Hello… Miss Aaliyah El Zarifa… “ Ginza mengguncang bahuku.

“ Eh, iya.. kenapa…? “ aku baru tersadar.

“ What happened? It seems that you’ ve just seen a ghost! “ Ginza terdengar gemas.

“ No.. I’m fine!! “ kataku sambil melirik laki-laki yang berada dideretan paling belakang.

“ You must talk to me! Whose Muhammad Yudha Darmawan? “ Ginza kembali bertanya.

Aku menarik nafas panjang. “ Bukan siapa-siapa… forget it..! “ aku memejamkan mata.

Kenapa harus bertemu lagi? Kenapa harus dia? Kenapa? Why? I begin crazy, now!

“ I think, he’s your ex boy friend right? “ Ginza masih penasaran.

Aku tersentak, like this? No! He’s not my ex… he’s still my boyfriend … Aarggh… Aaliyah El Zarifa you’re right, you begin crazy!

Aku terus melirik kebelakang. He is my Yudha, ya… he is my Prince Turtle.. “ Elza, come on talking to me! Who is he ? Penasaran nih! “ Ginza mengeluarkan cemberutannya.

“ Oh, friend you look so cute if you are morose like that hahaha “ aku malah membercandainya.

“ Ayolah, Elza. Cerita…ceritaa cerittaaa…. “ Ginza mencubit pipiku gemas.

“ Auw…. It’s so sick okay!! “ aku memegang pipiku.

“ If you don’t feel sick, please tell to me who that boy is? “ Ginza masih memeras pipiku.

“ Allright!! “ kataku sambil melepaskan tangannya.

“ Do you still remember small turtles in my bed room,beside books? Yeah, the turtles are from him. His name is Muhammad Yudha, Za ketemu sama dia beberapa tahun lalu, waktu lomba di provinsi juga. Waktu itu, Za sama dia ikutan cabang story telling. He comes from Pandeglang. And in Anyer Beach we promised to see each other. “

“ Oh, no comment! “ Ginza mengangkat bahu.

“ You are suck “ giliran aku yang cemberut.

“ Hahaha, nggak kok. Gua Cuma nggak mau komen aja. Pantesan dia kaya yang kenal sama lu. Mungkin dia masih inget sama lu, Za ”

“ Really? “ tanyaku, mataku langsung aku alihkan lagi pada kursinya. Dia tengah melihat kearah lain.

“ No, Ginza!! “ kataku kemudian, “ Dia udah lupa kali sama gua.. hmmm “ aku menarik nafas panjang.

Sebenarnya hari itu adalah technical meeting untuk lomba bulan depan. Tapi, entah mengapa sejak aku bertemu dengan Yudha hatiku tidak karuan. It’s so hard to breath! Crowded.

Dia jauh terlihat berbeda, berbeda dari 2 tahun lalu saat aku bertemu dengannya. Sebenarnya satu tahun lalu kami sempat bertemu disalah satu perlombaan juga, sikapnya dingin waktu itu. Aku hanya sempat berkata “ Janji adalah hutang “ dan dia hanya tersenyum. Yudha, I really miss you.

Kali ini, aku kembali mewakili sekolah dan wilbi (wilayah binaan.red) untuk mengikuti salah satu lomba yang diadakan oleh kemenlu. Aku sama sekali tidak menyangka kalau yang diutus dari sekolahnya adalah dia! He’s my Prince Turtle.

Aku terus memperhatikannya. Sulit rasanya aku memalingkan wajah dari senyuman khasnya. Dia sudah banyak berubah, terlihat lebih berisi, rambutnya juga sudah tidak seperti dulu. He looks mature, handsome.

LLL

“ Dia dapet Negara apa si, Gin? “

“ I don’t know… “ Ginza mengangkat bahu.

“ Kita dapet Negara apa? “

“ Thailand, The Kingdom of Thailand! “

“ Oh, who is our guide? “

“ Kak Guna, aarghh… he looks so cute… “

“ Ah, no! well he looks handsome, but in my thought now Yudha is more handsome hahahaha “ aku tertawa lagi.

Ginza melihatku dengan tatapan defensifnya. “ You begin crazy Ms. Aaliyah El Zarifa “ tatapannya sungguh membuat aku geli.

“ Really? I just miss him! So much! “ kataku sambil tersenyum miring.

Waktu lunch tiba, aku, Ginza dan guru pembimbing dari sekolah langsung mengantri mengambil makanan. Sayangnya, saat kami tiba di sekeretariat makanan sudah habis dan belum datang lagi.

“ Oh, I am very hungry “ Ginza beberapa kali mengeluh.

“ I know Ginza, berhenti mengeluh! Cape dengernya ” aku membekap mulutnya.

“ Iya, atuh Ginza sabar. Ibu juga lapar “ akhirnya guru pembimbing kami bersuara juga.

“ Okay, but you must discharge your hand in my mounth “ Ginza berbicara, suaranya lucu karena mulutnya dibekap oleh tanganku.

“ NOW!! “ Ginza kembali bersuara.

“ Okay “ kataku sambil melepaskan tanganku.

Ginza tampak menarik udara dalam-dalam. Kasihan juga pada sahabatku yang satu ini. Tetapi dia terlalu bawel untuk berbicara *hahaha bukannya aku juga seperti itu.

“ Dia ngeliatin lu lagi, Za “ Ginza berbisik ditelingaku. Saat aku turun ke lantai bawah dia sudah sedang memakan makan siangnya. Aku meliriknya, dia sedikit kaget. Aku juga. Yudha… may I say hello?

“ Lu say hello kek, apa kek… dusun ih sama ‘teman’ lama nggak kaya gitu “ Ginza menekankan kata ‘teman’ dan itu langsung mendapat penolakan dari otakku. Perasaan kita nggak pernah bilang apa-apa deh, berarti biar gimana pun kita masih ada hubungankan? Hati kecilku bersuara sangat pelan.

Sambil menunggu makanan kami datang, aku hanya duduk dan mengobrol with Ginza.

Aku memegang nota kecilku, disana aku mulai menulis lagi…

“ Write something again, right? And about him? “ Tanya Ginza,

“ Look this “ kataku sambil menyerahkan notaku…

Ketika Tuhan Bicara

Aku pernah bertanya pada Tuhan…

Apakah terlalu cepat aku mencintainya…?

Apa terlalu cepat aku mengaguminya…?

Apa suatu saat nanti Tuhan mengizinkan aku bersamanya…?

Saat, aku merintih dalam tangisanku.. Tuhan tetap enggan menjawab pertanyaanku..

Aku hanya mampu terdiam, bertanya dalam hati..

“ Apa aku salah seperti ini…? “ tapi, ternyata Tuhan menjawab tanyaku…

Tidak ada yang salah dalam mencintai seseorang…

“ Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu saudaranya ( Hr. Abu Daud dan AT-Tirmizi ) “

Tapi, Tuhan…aku sudah memiliki kekasih..bagaimana dengan dia? Oh, aku tahu dia pun yang aku cintai sudah memiliki kekasih…

Tuhan kembali memelukku lagi, tenang rasanya “ Dan apabila kami berikan rahmat pada manusia, niscaya mereka gembira dengan (rahmat) itu. Tetapi apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) karena kesalahan mereka sendiri, seketika itu mereka berputus asa (Ar-Rum-36)

Tapi, Tuhan…

Aku tak mampu… aku tak bisa(bahagia)…meskipun ini rahmat atau apalah namanya aku tetap tak bisa… aku lemah tentang rasa ini,

Tuhan kembali menjawab pertanyaanku “ Dan janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman (Al Imran-139) ”

Aku hanya mampu terdiam sekarang… lalu apa yang harus aku lakukan sekaran Tuhan…?

“ Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (Al-Baqarah-45) ”

Aku terdiam.. jadi begitulah perasaanku padamu…aku akan bersabar, karena Tuhankku bicara dan memintaku untuk bersabar..*Serang,24 Maret 2011

Ginza terdiam, tangannya bergetar membaca puisiku atau aku lebih senang menyebutnya prosa.

“ How this time? “ tanyaku sambil tersenyum,

“ So sweet… The Best!! You are always perfect, honey. Mm.. I think this is for him, isn’t it? “ Ginza memerhatikanku dengan seksama.

“ Mmmm… if you think like that. Maybe “ kataku sambil mengangkat bahu.

Makan siang kami akhirnya sampai. Aku dan Ginza langsung memakannya. Karena kami sedang tidak solat, kami hanya duduk-duduk depan tempat acara dilaksanakan.

Tiba-tiba Yudah lewat. Astagfirullahaladzim… Jantungku berdetak sangat cepat. Apa yang sedang terjadi padaku Tuhan? Seingatku, jantungku terakhir berdetak cepat saat bertemu dengan seseorang yang juga tak bisa aku miliki beberapa tahun lalu.

“ Dia lewat Za, iih gayanya sengak banget siii.. “ Ginza gereget.

Hmm… aku menghembuskan nafas panjang-panjang. “ I don’t know, I couldn’t think now!! Kayanya ada masalah sama system saraf saya!! “ aku mengeluh.

LLL

Acara technical meeting berakhir tepat pukul empat sore. Aku melangkah bersama Ginza, menuju parkiran.

Kelompok Yudha belum selesai dengan sesi bimbingannya. Aku meliriknya sekilas. Ah, dia sedang tidak memerhatikanku.

Aku, Ginza dan guru pembimbingku langsung naik ke mobil dan pulang. Dalam hatiku berdoa. Semoga akan ada keajaiban.

LLL

@My Bedroom…

20.45

Aku menghempaskan tubuhku. Hari ini rasanya lelah sekali. Aku langsung mencari handphoneku. Aku ketikan satu nama pada pencarian facebook, Muhammad Yudha Darmawan.

Encounter! Hatiku memekik kecil. Aku memeriksa Infonya, benar dugaanku. Statusnya berpacaran tapi, tidak tercantum.

Hatiku seketika itu langsung menciut! It’s false, if I am jealous right?

Aku langsung mengirim pesan setelah mengirimkan permintaan pertemanan padanya.

Aslm… Yudha… masih inget sama saya?? Tulisku.

Aku tidak mengharap akan dibalas. Tapi jika memang benar?

Ah entahlah, aku pun memejamkan mata. Tidur.

LLL

“MY MESSAGE WAS RESPONDED” Hatiku berteriak sangat kencang. Aku dan dia pun langsung saling menulis pesan.

Tapi, tunggu. Ini salah. Ini tidak benar. Aku sudah memiliki kekasih. Hm… dia pun mengatakan hal yang sama lalu bagaimana?

Apakah aku akan membiarkan ini terus berlanjut?

Ayolah Elza, jangan biarkan kau bertindak bodoh!! Jangan biarkan kau masuk pada lingkaran sesat. Kau tak akan mudah untuk keluar. Otak warasku, besuara. Sangat lemah. Aku merintih, tanganku terlalu dingin. Aku takut!!

Aku tak pernah, takut merasa kehilangan separah ini!! Aku harus bagaimana Tuhan? Give me reason to feel this!!

LLL

6 Tahun Kemudian…

“ Selamat ulang tahun yang ke 21 lya Elza and congratulations on your graduation !! You’re the best girl… Wish you all the best!! “ Yudha menyalamiku.

“ Thx. But, I don’t see a nice woman accompany you…!! “ kataku menyindirnya.

Yudha hanya terdiam. Enam tahun sudah berlalu, kami hanya berteman. Tak pernah lebih. Bahkan Yudha sudah memutuskan untuk menikah dengan pacar SMAnya. Aku kaget, aku sakit dan aku kehilangan akal sehatku.

Lulus dengan mahasiswa predikat terbaik Eksbang ( Ekonomi Sosial Pembangunan ) tak membuatku bahagia. Aku hanya menginginkanmu Yudha. Sampai sekarang. Sampai detik ini.

Yudha menggandeng tanganku lembut. Hembusan angin pantai menerpa kerudungku. Tidak jauh dari tempat kami berdiri, merupakan tempat entah berapa tahun lalu kami bertemu. Pantai Anyer. Tempat yang memiliki jutaan kenangan, walaupun hanya dua hari.

“ Do you still remember about this place? “ tanya Yudha. Hatiku tersayat-sayat, aku melirik matanya. “ Sure, in this place many years ago we ate lunch together. And promised to be together for forever “ aku sudah tidak bisa menahan air mataku.

Yudha duduk di batu, yang dulu kami juga duduki. Aku menangis terisak. Dapatkah kau bayangkan rasanya jadi aku.

“ I always love you, Yudha even thought you have Falita as your girl friend… “

“ Yeah, thanks for everything. This is for forever! But, not for now… “ Yudha tercekat,, aku tahu tenggorokannya terasa perih.

“ Still remember about two turtles? Or your pen? “ tanyanya lagi

“ Of course, sampai sekarang aku masih menyimpan kura-kuramu.. “ aku menjawabnya, mataku sudah terasa perih.

“ Begitu juga aku “ Yudha terdiam. “ Terimakasih untuk semuanya. Miss Aaliyah El Zarifa Aruna “

“ You know, I always miss our memories. And if I thought them I didn’t breath. My chest felt crowded. I’m feeling distracted and likewise attracted. “ tangisanku semakin kencang. Angin pantai pun semakin kencang. Dingin.

“ You’re not alone, I would be beside you… forever “ Yudha berusaha menenangkanku.

“I know, I’m not alone, I’m not the only one who is broken? And I know I’ll never let you go “ emosiku tidak terbendung lagi.

Namun, aku merasakan darah merembes dari hidungku. Yudha langsung panik. “ You’re nose to bleed. What happened? “ Yudha benar-benar panik.

Aku tidak merasakan apa-apa lagi. Pusing. Gelap. Dan…

LLL

“ Yudha, Ini puisi yang dibuat sama Elza. Puisi ini puisi terakhirnya. Mamahnya nemuin disaku balzer yang beberapa hari lalu “ Aku menerima aplop itu dengan tangan bergetar. Membayangkan malam menyedihkan itu.

Disampulnya tertulis nama lengkapnku : Muhammad Yudha Darmawan ‘My Prince Turtle’

“ Didalamnya ada surat juga? ” tanyaku sambil mengeluarkan isi amplop putih gading itu.

Ginza hanya mengangguk lemah, masih tampak kesedihan dalam matanya. Aku tak sanggup melihatnya. Dalam matanya terlalu banyak bayangan Elza.

Aku membukanya dengan tangan bergetar, “Bismillahirrahmanirahim,”

Assalamualaikum Wr. Wb…

Dear my prince turle.. : )

Maaf ya, aku ninggalin kamu ngga bilang-bilang…

aku takut kamu akan pergi kalau tau tentang penyakitku. Aku sudah cukup bahagia bisa bersamamu dua tahun terakhir ini. Aku kira aku tak kan bisa bertahan. Aku kira aku akan selemah itu. Tapi, lihat aku bisa bertahan kan? Walau pun kita hanya bersahabat >_< Aku tercekat membaca paragraph pertama pada surat Elza. Mataku sudah tak sanggup lagi membaca lanjutannya. Aku ingat sekali pertama kali kita bertemu dalam perlombaan itu, mm.. berapa tahun yang lalu ya? Hahaha.. bisa kau mengingatnya? Kau terus memperhatikanku.. dan akhirnya detik-detik terakhir sebelum kontingen pulang kau baru berani mendekatiku. Lucu sekali saat itu. Berapa umur kita? 12 tahun? Hahaha umur mu? Umur ku sekarang 21.. ah, sudah lama ya… Yudha, sulit rasanya menerima pertunanganmu dengan Falita. Sakit sekali. Mungkin itu yang membuatku tak bisa bertahan lagi. Tapi, tenang saja… aku tak pernah menyalahkanmu. Saat SMA kita bertemu lagi. Aku menyukaimu, dan aku menginginkan yang terbaik untukmu. Kau tahu. Aku selalu menyebut namamu sebelum ku tidur.. berharap aku bisa memilikimu dalam mimpi. Sekarang waktunya tiba, aku harus pergi… semoga kau bahagia dengan Falita… aku selalu mencintaimu… I always lovee you… I never forget you… you’re my guardian angel… your’re my inspirited… thx for all… I LOVE YOU, MUHAMMAD YUDHA DARMAWAN.. Wassalamualaikum wr wb.. Aaliyah El Zarifa… Hatiku bergetar hebat saat membaca kata-kata terakhir Elza. Dia meninggal dalam pelukanku saat diperjalanan kerumah sakit. Tenyata dua tahun terakhir ini dia menderita kanker otak stadium 3 dan semakin buruk saat mendengar pertunanganku dengan Falita. Apakah aku harus disalahkan atas perginya Elza…? I’m so stupid!! Sahabat macam apa aku? Tanganku bergerak membuka lipatan pink pucat dengan harum khas Elza. Membacanya akan semakin membuat aku tersiksa. Tapi, hanya ini yang bisa aku lakukan yang terakhir untuk Elza. Aku sudah banyak meminta.. Tuhan…rasanya air mataku sudah kering untuk menangisinya.. Jiwaku sudah rapuh untuk mengharapkannya… Aku sudah tak mampu berdiri lagi.. Semua sudah berakhir.. Saat ia memilih dia menjadi kekasihnya.. bukan aku TUHAN!!! BUKAN AKU…!! Hmm… Tuhan, apakah aku sudah banyak meminta..? Sehingga keinginanku tak tercapai…? Tuhan, aku rela kehilangan semua asal selalu bersama dia.. Oh, tidak.. Tuhan lindungi aku.. karena aku terlalu menginginkannya… Aku memang sudah banyak meminta… Aku pantas mendapatkannya… Baiklah, Tuhan… bila ini waktunya, aku sudah siap..*tersenyum… Bawa aku, Tuhan.. aku sudah siap.. aku sudah siap.. Biarkan aku ada disampingMu.. menjaganya.. agar nanti saat dia sampai, aku bisa menawarkan madu yang lebih manis Tuhan… Tapi, Tuhan… saat aku pergi nanti, aku ingin Kau menjagaNya untukku.. biarkan dia bahagia dengan pilihannya… karena aku pun bahagia… Tuhan aku sudah siap.. bawa aku sekarang… aku siap.. meninggalkan Yudha-ku… Aku hanya ingin bersamaMu sekarang… Tuhan… Aku mencintainya… Muhammad Yudha Darmawan… With Love.. El Zarifa 

By : Nida Adilah - XI IPS 1

Seluntur Cinta Demi Sang Sahabat

http://cahayasepi.student.umm.ac.id/files/2010/02/persahabatn.jpg
Aku berjalan menyusuri keramaian itu. Tak sempat terfikirkan olehku, bahwa duniaku begitu sempit. Ketika aku harus menyukai dan beranjak ada kata sayang dari bibirku, aku tau sesuatu. Zizi terus menggandengku dengan lembut. Tak mau sahabatnya ini masuk rumah sakit atau tiba-tiba ditemukan dikali dengan baju sobek-sobek.
“ Ayolah Zi, aku tak senekat itu. Imanku masih cukup kuat! “
Zizi memandangku dengan defensive, terlalu berlebihan “ Oh ya? Masa? Gitu. Selamet ye… “ Zizi malah menggodaku.
“ Apa si, Zi? “ tanyaku sambil memanjangkan bibir.

Zizi menggeleng. Setelah menghembuskan nafas, Ia berkata “ Mau kemana kita? “
Aku berfikir sejenak, “ Nyari…. “ kata-kataku keburu dipotong oleh ucapan Zizi, “ Nyari rumah Zildan? “ Zizi menatapku, ah sial! Pikiranku dan pikirannya selalu sama.
“ Ayolah, Miss..!! Lupain aja. Lu dah tau factnya dan ya, menurut gua lu harus lupain dia! “ Zizi menasehatiku.
Kawan, tlah berapa kali aku dengar nasehat-nasehat itu. Bagiku kosong, tak ada yang bisa menyatu dengan jalan fikiranku. Nihil dan tak pasti. Semua hanya mimpi. Aku baru saja beberapa bulan menyukainya. Namun, ternyata… pikiranku melayang, entah kemana.
^^^
Namanya, Muhammad Zildan Al-Kautsar. Sosoknya tegap, berwibawa, langkahnya pasti dan tatapannya setajam mata elang. Bibirnya kecil, senyumnya aduhai, luar biasa. Sayangnya, sikapnya kelewat angkuh, bagiku sebelum mengenalnya.
Entah bagaimana, aku bisa menyukainya dan entah bagaimana pula, aku bisa mengenalnya. Jika aku harus jujur, bertegur sapa, saling memandang, berbicara sepatah kata pun aku tak pernah.
Tak terhitung hari, yang jelas sejak memasuki Agustus tahun lalu aku sangat menyukainya. Aku pun tak tahu, bagaimana bisa. Yang jelas sejak aku mengikuti salah satu kompetisi antar sekolah, aku melihat kakaknya. Muhammad Hikmat Rifha’I. Bila kau tahu adiknya seperti itu, apa lagi kakaknya. Ia sangat luar biasa. Apa lagi bahasa Inggrisnya. Aku hanya bisa menganga melihatnya dilayar muka. Sayangnya, aku malah terpesona pada adiknya. Hehe, padahal yang luar biasa kakaknya. Mungkin, Karena adiknya itu bungsu dan aku cikal (sulung.red)
“ Zildan, Zildan Zi… dia bales pesan gua..!! “ Zizi hanya melotot tak percaya.
“ Apa katanya? “
Ketika kita bicara dengan hati, apa pernah hati berbohong..?
Mungkin ni jawaban atas rangkaian kata yang kau rangkai.
1000 kata maaf bagimu, 100000 kata maaf, bahkan jutaan pun,
Aku berikan padamu. Karna sungguh hati tak bisa berbohong
Zizi menggeleng tak percaya. “ Sumpah ini dia yang nulis? “ aku pun menggeleng. Dia ada di pondok pesantren modern. Dan pasti akan sulit baginya untuk keluar masuk.tapi, pesan ini baru dikirim beberapa jam yang lalu. Ah, dia sempat OL (online.red). Kenapa aku nggak OL ya?
“ Zi, artiin sih! Gua mah nggak ngerti kata-katanya! “ kataku sambil memerhatikan layar laptopku.
“ Wait. Hmm… kabar bagus ni. Paling nggak dia ada feel sama lu. Ah gimana si lu! Penyair tapi, nggak bisa mengartikan kata-kata cemen kaya gini! “
“ Really? Takut jawaban gua lebih dahsyat dari yang lu jawab! “ mataku nyaris melompat dari bingkainya. Senyumku mengembang. “ Yang bener ? “ kataku lagi. Zizi hanya mengangguk lembut. Aku cubit pipi cabinya.
“ Ah, lu kebiasaan dah. Maen cubit-cubit pipi gua “
Hingga suatu malam aku bisa Ol dengannya. Bersamaan.
Aku memulainya dichat,
Me : Ga ada permainan kata tah?
He : Gombal
Me : Angkuh…
He : ?
Me : Ia angkuh! So, ih…!!
He : Maksudnya?
Me : Gaa…
He : Maunya gimana?
Me : atu saya mah, cm mau mnta maaf, klo qmu gga ska klo saya ska sma qm..!
He : Ih, u nya aja nggak ngerti nggak pham..!!
Me : mksudnya…?

Dia keburu off, aku lihat jam didinding menunjukan pukul 20.19 iyalah, waktunya dia pulang ke pondok. Mau dia dibotakin? Haha, aku jadi ingin tau, bagaimana jika dia botak.
Pagi yang cerah, matahari bersinar cukup menyilaukan dan angin berhembus lembut memanjakan kerudung putihku. Aku senyum-senyum sendiri saat memasuki gerbang sekolah.
“ Kenapa lu? “ Zizi menatapku dengan tatapan was-was.
“ Gila! Tau nggak? “ Zizi menggelengkan kepala.
“ What? “
“ Mmm… “ aku sengaja mengulukan senyumku. “ Kasih tau nggak ya…?? “ aku membuat Zizi merubah tatapannya dari ingin tau, menjadi jengkel.
“ Apa si, Miss…?? “ tanyanya. Melihat tatapnya, yang nyaris memelas aku tak tega juga.
“ Gua Chat sama Zildan semalem!! “ kataku setengah berbisik.
Mata Zizi hampir melorot keluar sangkarnya. Aku hanya tersenyum. “ Kok bisa? “ Pertanyaan itu yang meluncur dari mulut Zizi.
Aku hanya mengangkat bahu. Dan berjalan lambat-lambat menuju kelas.
^^^
Makin hari, hubunganku dan Zildan makin membaik. Kami sering Ol bersama, walaupun kami menghindari pertemuan. Hanya pesan-pesan bersambung yang tak ada satupun manusia yang tau. Tak ada satupun! Kami memiliki dunia kami sendiri. Yang tak ingin ada orang lain tau!
Aku merasakan kebahagian yang sangat luar biasa saat dia bersamaku, walaupun hanya maya. Ia banyak bercerita tentang dunia pondok modern. Dari model pembelajaran sampai tata tertib. Dan ya Tuhan, aku mulai menyayanginya.
Hampir, 4 bulan dunia kami begitu damai. Hingga suatu hari pesan itu datang.
Oh, gua baru sadar.. terserah lu ajalah..!! dunia-dunia lu.!
Gua nggak nyangka.. !

Hanya dua baris namun cukup membuatku skate mate! Aku tak menangis, tak bergerak. Hampir membisu. Tak berdaya sama sekali. Aku mencoba menghubunginya, hasilnya? NOL!
Aku bertanya pada teman-temannya, tak ada yang tahu sama sekali. Sampai suatu hari, sebuah nomor baru menghubungiku.
“Halo? “ kataku.
“ Ini, Runa? “ Tanya yang diseberang.
“ Iya, ini siapa? “
“ Gua Toni, temennya Zildan. Sebelumnya gua minta maaf, kalo telvon gua bikin lu kaget. Kalo lu Tanya kenapa sikap Zildan ke lu jadi berubah, itu karena gua! “
Aku terdiam, masih berusaha mencerna setiap kata-kata yang meluncur. “ A..apa..? “ aku mulai terbata.
“ Sebenernya, gua nggak suka. Kalo Zildan deket-deket sama lu. Lu tau, Zildan udah punya pacar? “
Aku terdiam, menggeleng dalam hati. Tanganku membeku seketika itu juga.
“ Lu tau, Zildan tu sayang banget sama cewenya. Gua nggak suka ngeliat sikap dia ke Aisha berubah “
Hatiku, bagai tersambar petir disiang bolong! Siapa? Aisha? Aisha Nurul Gorwa,bukan?
“ Aisha, “ kataku tertahan, “ Aisha Nurul Gorwa, maksud akhi? “ tanyaku dengan suara yang sangat dipaksakan.
Orang yang mengaku namanya Toni, langsung mengiyakan.
“ Kok, tau? “
Aku masih terdiam, tak mengerti. Sakit!
“ Dii..dia..dia sahabat kecilku. “ aku merinding, menyebutnya ‘sahabat kecilku’, masih tak mengerti.
“ Oh, begitu. Nah, apa lagi dia sahabat ukhti. Ukhti nggak boleh nyakitin hati dia, ukhti harus sadar bahwa dia sahabat ukhti sendiri “ kata Toni.
Aku hanya mampu menjahit bibirku. Akhirnya, Toni pun menutup teleponnya. Sungguh, aku tak menangis. Rasanya hanya sakit. Saking sakitnya, aku tak mampu menangis. Aku berusaha menghubungi beberapa anak pondok yang mengenal Zildan dan membawa handphone. Jawabannya? Sama semua, Zildan dan Aisha berpacaran. Nyaris satu tahun! Zildan, aku menyukaimu, Aisha adalah kekasihmu dan aku menyayangi kalian berdua. Aku harus melunturka cinta ini. Tapi, ada satu rasa yang mengganjal dalam hatiku, duniaku begitu sempit! Aku benci!
^^^
“ I wanna go home “ kataku pada Zizi.
“ Serius? Perlu gua anter? “
Aku menggeleng, “ Bisa naik ojeg ” kataku. Kembali pada dunia nyata yang hampir membunuhku. Sepanjang perjalanan ke rumah, aku hanya terdiam. Sesekali berbicara arah ke rumah.
Saat, tiba di rumah, aku langsung membuka handphone. Banyak sms yang masuk. Rata-rata teman-teman Zildan yang meminta maaf karena, tak mengingatkanku dari awal. Terimakasih, kawan, tapi sudah terlambat. Aku tak menangis, aku tak tersenyum! Datar.
Perlu beberapa bagiku bulan untuk menyembuhkan lukaku. Hei, masih sangat segar luka itu! Masih terasa asamnya air mata. Aku tak berani menatap, kumbang-kumbang yang terus menggodaku. Aku kuat!!
Aku kan jatuh dan harus bisa bangun lagi! Itu, prinsipku.
^^^
Terburu-buru kami memasuki sebuah ruangan. Didalamnya sudah sangat ramai. Acara technical meeting untuk sebuah lomba, tingkat provinsi. Aku memerhatikan satu persatu orang-orang cerdas yang ada didalamnya.
DEG! Mataku tertuju pada satu wajah, wajah yang hampir tiga tahun tak aku temui. Adhiya Ghiaz El-Qatr. Aku hanya terdiam. Tak berani memandangnya lebih jauh, hanya hatiku yang bertasbih. Padangan pertama adalah anugerah dan yang kedua adalah zina.
Zizi menyenggol lenganku, “ Miss, sadar nggak? Cowo itu ngeliatin lu aja? Kaya lagi mengingat-ingat. Lu kenal nggak? “
Aku melihatnya sekilas. Menggeleng. “ Nggak! “
“ Sejak kapan, lu boong ma gua Ms. Runa! “ Zizi memelototiku. Aku mencebik, “ Nanti aja ceritanya “
Sungguh penyiksaan luar biasa, saat aku harus satu ruangan dengan ‘seseorang’ yang pernah menghilang dengan tiba-tiba dengan membawa hatiku, tanpa niat mengembalikannya lagi.
“ Hei, Runa. Luka Zildan belum juga pulih sempurna, jangan bermain api dengan jenis manusia apa pun! “ batinku berbisik. Lemah, tak berdaya.
Diperjalan pulang, lagu Only Hope dan You and I mengalun lembut diplay listku. Mata, aku tutup. Mobil berjalan pelan-pelan.
“ Are you, okay Miss..? “ Tanya Zizi berbisik.
Aku menggeleng, kedua mataku membentuk hulu sungai. “ Kenapa nangis? Zildan, right? “ aku menggeleng. “ Nggak tau.! “ kataku.
“ Who is he? Tell to me! “ Zizi menggenggam tanganku.
Hmm… aku menarik nafas, “ Dia.. aku juga nggak tau, mungkin pacar, mungkin mantan! “
“ Lah kok gitu? “ Zizi menatapku bingung. Aku menggelengkan kepala. Tak mengerti harus bagaimana. Ia (Adhiya Ghiaz El-Qatr ), akan menjadi obat sekaligus luka baru bagiku. Entah mengapa perasaan itu menggoyang jiwaku.
^^^
Lemas, aku pulang ke rumah. Tak ada semangat apa lagi gairah. Aku menggenggam handphone, membuka facebook. Aku ketikan satu nama. Berhasil keluar, ya itu dia! Adhiya Ghiaz El-Qatr. Ragu-ragu aku mengirim pesan padanya. Antara aku kirim dan aku konsep!
Kirim! Pori-pori jariku mengirimya. Aku tau, ia tak akan membalasnya! Tak akan!
Iseng, aku lihat-lihat infonya, ups. Berpacaran. Ada rasa sedikit, ya sangat sedikit. Mungkin perasaan cemburu.
Aku menambahkannya sebagai teman. Mungkin, ia tak akan mengkonfirmasikannya. Aku hanya bolak-balik melihat foto dialbumnya. Facebooknya tak di-protek seperti aku. Aku bisa dengan leluasa melihat-lihat.
Tak ada yang bisa aku katakan mulutku terkunci dengan rapat. Ia sudah berbeda, Ghiaz tak seperti dulu lagi.
You are my only hope, but you so far please come back from where you are*only hope… aku sudah mengatakan belum? Bahwa aku sangat menyukai Secondhand Serenade? Jadi, pasti semua perasaanku aku salurkan melalui lagu-lagu Secondhand.
Aku tertidur dengan dua hulu sungai dimataku dan lagu Your Call mengalun lembut pada headsetku. Dalam mimpiku, aku melihat sosok tenang dalam kegelapan. Berusaha menyentuhku, namun aku terlalu maya untuknya.
Dia menjauh dan menghilangkan sejuta pesonanya, aku tergagap sendirian. Aku mencarinya, berusaha berlari sekuat tenaga. Namun, ia keburu hilang dengan bulatan cahaya kecil diseberangku. Aku terjatuh terdiam dan sesegukan menangis.
Aku terbangun dengan wajah keringatan. Astagfirullah aku mimpi buruk. Jam didinding menunjukan pukul 23.45. Masih lama untuk matahari mengelupas kulit malam. Aku coba berbaring lagi. Tak bisa, aku tetap terbangun.
Tanganku bergerak perlahan menyusuri tumpukan kertas.. tanganku, mulai menari lagi. Ini masih malam, namun imajiku, menyuruhku untuk bertindak.
Tuhan, dengarkan :)
Tuhan, boleh aku meminta sedikit saja..
Buat ia mengagumiku, seperti aku mengaguminya,
Buat ia memendam rasa, seperti aku memendam rasaku,
Jika itu sulit dan hanya mimpi belaka,
Saat ia mengagumiku dan memedam rasa
Tuhanku, jangan biarkan aku bangun..
Buat aku tertidur, selama-lamanya aku mampu tertidur
Atau Kau membuat aku tertidur tanpa aku harus membuka mataku lagi..
Selamanya,
Agar aku selalu bisa merasakannya… :)
Hmmm… aku menghembuskan nafas panjang. Ah, menyebalkan! Aku tak mau merasakan yang namanya de javu lagi. Melelahkan!
Setelah aku menuntaskan hasratku pada garis-garis bisu dan kaku, aku baru mampu terlelap. Dengan mimpi-mimpi yang lain. Aku hanya sempat mendesah, Tuhan jangan biarkan aku bangun, selamanya…
^^^
1 hari, dua hari… ternyata Ghiaz membalas pesanku. Aku kaget shock. Hehe, tenyata dia masih mengingatku. Aku terdiam. Menyadari sebuah kesalahan. Aku tak bisa begini.
Tiga minggu ini mataku terlihat bengkak, Zizi yang menyadari hal itu langsung mengintogerasiku.
“ Kenapa mata lu? “ tanyanya dengan tatapan penuh selidik.
Aku menggeleng. “ Miss, lu tau. Lu nggak mungkin bisa ngebohongin gua “
Hmm… aku menghembuskan nafas, “ Gua pernah cerita soal Ghiazkan? “
“ Oh, jadi cowo nggak jelas itu yang bikin lu kaya gini? “ Tanya Zizi, terkandung nada amarah dalam suaranya.
“ Mungkin. “ kataku singkat.
Zizi menatapku dalam-dalam. “ Menurut pendapat gua, dia juga ngerasain apa yang lu rasain. Tapi, Cuma sebatas itu nggak lebih. Kenapa? Mengingat dia udah punya ehm.. maaf cewe, dia nggak mau nyakitin hati cewenya itu “ Komentar Zizi seolah meninju otakku dengan keras.
“ Terus? “
“ Wajar kalo misalnya kalian ngerasain hal itu lagi. Tapi inget, kalian udah punya kehidupan sendiri. Jadi, gua harap. Lu jangan terlalu ambisius, bahkan kalau bisa anggap lu nggak kenal dia. Oke sayang? “ Zizi tampak hat-hati.
Aku langsung mengambil kesimpulan, “ Dari nada bicara lu, lu nggak semangat. Lu seolah ‘ngelarang’ gua buat deket sama dia? Kenapa? “
Zizi memandangku, jilbabnya terhempas angin. “ Gua bukannya nggak suka, tapi nggak nyaman. Lu tau, dia anak mana. Dia terlalu dewasa melewati batas umurnya, dia pasti akan mementingkan kredibilitas diatas segala-galanya, fikirannya nggak mungkin bisa sesederhana lu, Yang. Dia punya sejuta cita-cita dengan wanitanya, pastinya. Sedangkan kita? Mungkin masih berjalan dunia mimpi. Dia udah tinggal melenggang ke UI, ITB, UGM atau bahkan Oxford. Tapi, kita? Impian masuk IPB pun harus dengan kerja keras “ Aku terhenyak, sejauh itukah aku dan Ghiaz?
Aku terdiam, berusaha menyerap kata-kata Zizi dalam-dalam. Zizi mengalihkan pandangan. “ Kalo lu terus-terusan masang status mellow nggak jelas difb, dia bakalan mikir lu tuh cewe lemah. Yang nggak bisa tanpa dia. Sedangkan yang gua tau, Aruna adalah cewe kuat! Lu harus bisa, Miss. “ kata-kata Zizi kembali menamparku.
^^^
Beberapa hari setelah berbicara 4 mata dengan Zizi, aku menemukan sesuatu yang mengejutkan. Memang sebelumnya Ghiaz mengatakan bahwa ia memiliki teman didaerah dekat rumahku. Hanya ada satu orang yang satu arah dan satu daerah denganku.
Puisi Ghiaz, berinisial G. tapi, aku tahu puisi itu ditujunkan bukan untuk dirinya sendiri. Tapi satu orang yang bisa jadi adalah ‘teman’nya didekat rumahku.
Dan dugaanku tepat.
Dialah kekasih Ghiaz. Kakak alm. Mantan pacar sahabatku, Rani. Kekasih Rani dulu meninggal dan kekasihnya itu adalah adik Gina.
Hahaha, untuk kedua kalinya duniaku terasa sempit. Tak mau ada luka yang sama, aku langsung hapus pertemanan difb. Tapi, Ghiaz malah meng-addku lagi. Entah tujuannya apa. Mungkin niatnya ingin berteman, atau malah menggodaku dengan perasaan ambigu. Entahlah…

By : Nida Adilah - XI IPS 1

Ketika Semua Dibayar Dengan Karya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsy_O-eL3ZYN8G0lAXFb7IkbhnO93lUlGmyb-7yq2nVKEF6d6-xsMd6U9RcnDCPTAK3zfioJapJ000ADAAzuw5CQtHBNzZnbUUtlkuFq-5t7nKXl1ZprEINkm3QR2YR7_B1lrZbSnqIyc/s1600/buku-tamu-wordpress.jpg
“Tongeret tong…Tongeret tong kerrmiiii… Tamiang dibeulahan dibeulahan Awewe wantererrrrrrrrrrrr…. Awewe wantereriiiiiiirrrr….Ngajak kawin kaduaan kaduaan..” suara itu terdengar berkali-kali, ceria dan semangat. Aku yang baru bangun langsung melihat ke jendela kamar. Kulihat beberapa anak se-usiaku, tengah asyik memainkan angklung dan dogdog ( dogdog merupakan alat musik tabuh yang terbuat dari batang kayu yang berongga dengan bulatan berdiameter 15 cm dan ujungnya mengecil berdiameter antara 12-13 cm, sedangkan panjangnya lebih kurang 90 cm hingga 100 cm. Pada ujung bulatan yang berdiameter 15 cm itu ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan, kemudian diikat dengan tali bambu dan dipaseuk / baji untuk mengencangkan kulit tersebut, sehingga kalau dipukul Akan mengeluarkan suara dog.. dog.. Jadi, dogdog lojor adalah dogdog yang panjang ).


Aku menarik nafas panjang. Terbayang dibenakku beberapa tahun silam saat aku pun berlatih keras seperti mereka. Namun, perasaan itu kini tlah hilang terkoyak sebuah kejadian. Aku berjalan lemas menuju dapur, kulihat ibu sedang asyik membungkus lontong. Aku terseyum kecut, ibu melirikku dengan tatapan bingung.

“ Loh, Asep? Kenapa kamu? Kok keliatan kurang sehat gitu? “ Tanya ibu bingung. Aku hanya menggeleng. Diam-diam ada rasa salut luar biasa untuk ibuku tersayang. Setelah kematian bapak, hanya beliaulah yang menghidupi aku dan Ujang, Kakakku.

“ Oh ya, udah lama kamu nggak ikut latihan dogdog lojor. Seharusnya mah kejadian yang lalu teh nggak usah diinget-inget lagi, atuh bageur. Kamu mah sekarang teh, harus bisa melesetarikan kesenian khas ini, agar semua orang teh tau tentang dogdog lojor, seperti kemauan bapak kamu “ ibu menasehatiku dengan kata-kata yang mengiris hatiku.

Hm….aku menarik nafas lagi “ Ah, Ibu, Asep hanya sedang tidak enak badan, nanti juga Asep akan latihan lagi “ jawabku sambil berlalu. Ibu hanya menatapku tanpa mampu berkata-kata lagi.

:)

Sudah tiga tahun sejak kejadian itu berlalu, tapi rasanya baru kemarin aku melihat bapakku terbujur kaku dalam liang lahat. Beliau tak sempat melihatku menjadi siswa SMA yang gagah. Mungkin beliau, sekarang tengah kecewa terhadap sikapku yang seolah melupakan jati diriku. Pemain dogdog lojor.

“ Asep ! “ panggil Pak Purwa, aku menoleh. Melihatnya, seolah aku melihat bapakku. Seyumnya selalu mengembang. Kumis hitamnya pekat, membingkai bibir hitamnya. Mungkin terkena asap rokok yang terus menerus. “ Ada apa, Pak? “ tanyaku sambil terseyum. “ Kamu kan anak pelatih dogdog lojor “ aku terdiam, “ Apa kamu mau menjadi salah satu anggotanya untuk mengikuti lomba kesenian antar kabupaten? “ Tanya Pak Purwa, sambil tersenyum miring. Aku terdiam. “ Nanti, akan saya fikirkan lagi, Pak. “ jawabku kelu. Aku melangkah gontai menuju rumah, aku selalu benci apabila aku memikirkan tentang kesenian brengsek itu, yang telah merenggut nyawa bapakku tiga tahun lalu.

Ibu menyambut kepulanganku, dengan senyumannya. “ Assalamualaikum “ kataku sambil mencium tangannya. “ Wa’alaikumsalam “ jawabnya, ada senggurat kelelahan diwajah cantiknya itu. Kini, aku tahu kenapa bapak sangat mencintai ibu, mantan muridnya itu, karena beliau sangat cantik. Ibu dulu pemain angklung dikesenian dogdog lojor punya bapak. Kata bapak, bapak sangat mencintai ibu saat pertama kali beliau melihat Ibu. Ibu merupakan orang pertama yang bapak cintai. Dan selamanya.

“ Kamu udah makan, Sep? “, aku menggeleng sambil tersenyum. “ Nanti saja mau solat ashar dulu “ jawabku sambil berlalu dari hadapan Ibu.

Biasanya, kalau sore begini, kak Ujang sedang melatih dogdog lojor di alun-alun. Ada sedikit rasa rindu pada permainan itu. Oh hmmm, tiba-tiba aku teringat tawaran Pak Purwa. Selama dua tahun terkahir ini, beliaulah yang mengurus semua kebutuhan sekolahku, karena beliau tidak mempunyai anak. Tapi, bukankah aku sangat membenci dogdog lojor? Aku akan bicara, aku tak akan ikut permainan itu lagi. Selamanya.

:)

“ Maaf pak, saya nggak bisa “ akhirnya kata-kata kematian itu meluncur dari bibirku. Aku langsung melihat mimik kekecewaan dalam wajah Pak Purwa. “ Ah, ya sudah. Bapak mengerti. Kamu masih belum bisa menerima kejadian itu bukan? Tapi, bapak akan selalu menunggu kamu, Sep “ jawab Pak Purwa sambil menepuk bahuku. Aku tersenyum kecut. Maafkan aku, Pak. Bantinku.

Entah mengapa hari itu rasanya ingin sekali aku ke makam Bapak. Aku rindu sekali. Dengan langkah cepat, aku pergi ke makam bapak. Bau Kamboja, semerbak bermain dipenciumanku. Sudah lama aku tak kesini. Perlahan, dengan tubuh bergetar aku hampiri nisan kayu itu. “ Bapak “ ucapku lirih. “ Asep rindu, Bapak. Rindu sekali. Rasanya sudah lama Asep nggak kesini. Bapak apa kabar? Asep nakal ya? Asep nggak menjalankan amanah Bapak. Apa Bapak marah sama Asep? “ tak tahan air mata itu, meluncur sempurna sudut mataku.

“ Pak, Asep sayang bapak. Apa yang harus Asep lakukan, Pak? “ Tanyaku dalam kebisuan. Hening sejenak, saat aku mengusap air mata yang jatuh dipipiku. “ Asep “ suara berat itu tiba-tiba mengagetkanku. Aku menoleh, Bapak? DEG, jantungku berdetak cepat. “ Asep, sini nak.. “ ajak sosok yang amat aku rindukan itu. “ Ba…bapak…? “ tanyaku seolah tak percaya. Bapak mengangguk. Tanpa basa basi aku langsung memeluknya erat. “ Kamu kenapa, nak? “ Tanya Bapak lagi. “ Asep, Asep rindu Bapak “ kataku sambil terisak.

“ Asep, didunia ini tak ada yang abadi. Bapak juga merindukan kamu. Bapak sedih, melihat kamu yang seperti ini, membenci kesenian kita, karena bapak. Padahal budaya kita “ aku memandang Bapak, seolah tak percaya. Bapak balas memandang. Tatapannya teduh. “ Dengarkan, Asep yang bapak kenal tidak seperti ini, ia sangat mencintai keseniannya. Sangat membanggakannya, bukankah kita harus membanggakan apa yang kita miliki nak? Bapak tak punya apa-apa. Bapak hanya ingin kau menjaga apa yang sudah kita miliki “

“ Asepppp….. “ kudengar suara teriakan lagi, berbeda. “ Aseeppp…. Apa yang kamu lakukan disana nak? “ ya, aku benar-benar mendengar teriakan itu, lebih histeris kali ini. Ibu, suara itu suara Ibu. Tiba-tiba ada yang menubrukku. Ibu memelukku erat sekali. “ Asep, apa yang kamu lakukan dimakam bapakmu? “ Aku melihat Ibu, lalu melihat diriku sendiri. Bajuku kotor penuh dengan tanah kuburan Bapak. “ Ayo nak, kita pulang, sudah mulai larut “ ajak Ibu sambil membangunkanku.

:)

Sore itu, seperti biasa aku berlatih basket bersama timku. Tapi, aku sama sekali tidak berkonsentrasi terhadap permainanku. Pikiran dan pandanganku, terus kearah lapangan seberang, tempat anak-anak lain berlatih dogdog lojor. Entah kenapa, ada rasa rindu yang menusuk jantungku. Permainanku buruk, operanku tak menarik, semua seolah membenciku hari itu. Timku terus mengutukiku. Bola seakan membenciku. Hati kecilku berkata, tak seharusnya aku memainkan bola liar ini. Harusnya aku disana, memainkan dogdog yang selama ini diam-diam aku rindukan. Latihan pun selesai dengan kemarahan beberapa anggota tim terhadapku. “ Dasar ketua tim nggak becus lu “ ucap Dika kasar. Aku hanya menunduk tak berdaya. Langkah gontai menuntunku menemui Pak Purwa. Pak Purwa sempat kaget melihatku, namun diwajahnya terukir sebuah senyuman indah.

“ Pak, Asep mau berlatih dogdog lojor lagi “ kataku sambil memohon, Pak Purwa hanya mengangguk da tersenyum. Ada rasa hangat yang menyelimutiku saat itu, rasa yang ingin aku musnahkan namun aku tak mampu.

:)

“ Heh, penghianat! Boleh ya, ternyata lu maen belakang ama kita…!! “ bentak Riki sambil menarik kerah bajuku. “ Iya, hajar aja. Ketua tim apaan? Lebih milih kesenian nggak jelas dibandingkan kita. TIM BASKETnya! Udah pengen mati kali bos “ Aldo mengompori Riki. “ Sini gua yang hajar “ tawar Dika. Aku hanya pasrah. Inilah, yang paling tidak aku inginkan. Kekerasan. Buk..tonjokan itu berhasil mendarat dengan manis dibibirku. Darah segar mengucur dari sela bibirku. “ Heh, sekarang loe milih, mau tetep ikut tim basket kita, atau pak Purwa kesayangan lu itu dipecat ? “ ancam Dika. Dika dan Riki merupakan anak dari pemilik yayasan tempatku bersekolah. Aku menunduk lemas, rasa perih menyelimuti, bukan karena bibirku, namun karena ancaman mereka.

Akhirnya aku berhasil menguasai diri, “ saya, akan pilih dua-duanya “ jawabku tegas, mengingat aku ketua tim basket mereka aku punya tanggung jawab besar atas timku. Mereka yang menyerangku memandangku seolah tak percaya. Latihan basket sudah cukup melelahkan, ditambah harus dogdog lojor. Namun, mereka mengiyakan dengan beberapa catatan.

:)

Badanku terasa remuk, memang inilah konsekuensi yang harus kuambil saat aku bermain basket dan dogdog lojor. Aku baru sadar, tanggal perlombaan basket dan dogdog lojor ini pada hari yang sama. Aku harus ekstra kuat dan hati-hati dalam menjaga kesehatanku. Hari H tinggal satu hari lagi. Aku benar-benar kelelahan. Rasanya semua tubuhku menjadi bubur saat aku rebah dikasur. Pak Purwa menasehatiku berkali-kali untuk memikirkan ide gilaku ini. Namun, berkali-kali pula aku menolaknya. Aku pasti bisa!

Hari H pun tiba, pukul 09.00. aku menarik nafas panjang. Pukul 11.30 aku harus sudah berada di gedung kesenian. Aku terus berdoa, semoga permainan kali ini lancar.

Permainan dimulai dengan tembakan-tembakan indah hasil latihanku dan kawan-kawan. Set pertama dapat kami lewati dengan mulus, staminaku masih bagus. Timku, terus mengelu-elukanku. Aku tersenyum lega. Set kedua dimulai, lawanku mulai terlihat panas. Timku mulai kelabakan, aku pun merasa staminaku berkurang. Waktu permainan tinggal lima menit lagi. Skor seimbang dengan 78-78. Ya, hanya satu tembakan lagi, kataku dalam hati. Akhirnya dengan sisa tenaga yang ada aku berusaha mengoper bola pada Ray. “ Ray… Ray…” aku berteriak. “ Tangkap ini !!! ” ucapku hampir tertahan sambil mempertahankan bola. Ray berhasil menangkap bolaku, ia berlari kencang.

Tapi, tim lawan hampir menguasai bola. Ray yang cerdik langsung memberikannya pada Angga yang sedang pada posisi ‘manis’ tidak menyia-nyiakan kesempatan dan…MASUK…!! Ah, lega rasanya. Sorai-sorai penonton memenuhi auditorium. Priittt…priiitt… Peluit dibunyikan tanda kemenangan dan waktu habis, Aku benar-benar lega. Tanpa buang-buang waktu aku langsung mengambil tas dan berlari kearah jalan raya. Tak kuhiraukan lagi tim dan penontonku.

Aku langsung menyetop angkot. “ Bang, lewat gedung kesenian ya? “ tanyaku, nafasku seolah memburu. “ Iya, ayo naek “ jawab si abang angkot. Mobil berjalan lambat menurut perasaanku. Saat lampu merah, mobil ‘harus’ mengetem. Ah, aku benci. Aku langsung turun dan membayar angkot.

Aku berlari dengan sisa-sisa tenaga, saat aku berlari Dika lewat dan memberhentikan motornya, ia menoleh. Isyarat untuk menaikinya. Tanpa basa-basi aku langsung menaikinya. Tiba di tempat acara hanya ada waktu lima menit untuk ganti kostum. Aku benar-benar lelah. Tapi, aku berusaha untuk tetap tenang.

“ Baik… inilah SMA XX “ sambut sang pembawa acara. Riuh rendah penonton bersorak, tepuk tangan membahana disetiap kursi penonton.

Diawali pukulan dogdogku sebagai aba-aba bagi pemain angklung, maka permainan pun dimulai pada pukulan dogdog pakpak pong, pak………… Pak……pong, serempak pemain angklung pun memainkan alatnya. Permainan dogdog kami sudah cukup dikatakan lengkap. Mulai dari ucing-ucingan, oray-orayan, ngadu dogdog, ngadu domba dan terakhir ngadu jalan.

Saat dilagu terakhir, mataku tertuju pada sosok gadis manis berkerudung merah. Aku jadi langsung teringat lagu Band Wali dan terngiang-ngiang dalam telingaku…’tiba-tiba aku terpana ada kejutan tak terduga dia gadis berkerudung merah,hatiku tergugah tergoda…’ aku tersenyum geli, semangatku langsung timbul kembali. Kebetulan lagu yang aku bawakan saat ini adalah ‘Kacang Buncis’. Aku melirik gadisku, aduhai dia pun tampak terseyum malu.

“ Pak…pakk…pong… Cis kacang buncis nyengcle…heiii Ti anggolati kuda…hoiiii Nu geulis tembong pingping…pakk..pakk pong…Keun bae jang kaula…hoiii Cis kacang buncis nyengcle,,,Kembang cengek nu mencenges…heiii…heiii..hoii Nu geulis keur ngalewe…hoiii.. Dasar awewe jerenges pak…pongg pang…” tutup kelompok kesenian kami. Sambil menahan seyum aku kembali melirik gadis berkerudung merah itu. Ada getar-getar aneh yang baru aku rasakan. Aku berjalan tegap menuju Pak Purwa. Beliau tampak tersenyum bangga terhadap aku dan kawan-kawanku.

Pengumuman pemenang pun akan diumumkan, sebelum memberitahu siapa yang menang sang ketua pelaksana memberikan sepatah dua patah kata sebagai penutup dari acara. “ Selamat untuk kalian semua. Generasi muda yang mencintai seni dan mengapresiasikannya. Saya berharap, kedepannya generasi muda di Lebak ini mampu mengembangkan seni yang sudah ada. Bukankah akan indah bila kita semua mencintai kebudayaan kita sendiri. “ tepuk tangan penonton kembali terdengar kencang “ Akhirnya kita tiba pada acara yang dinanti-nantikan. Pengumuman juara. Baiklah… untuk juara tiga jatuh pada …. SMAN XIV …” penonton bersorak-sorak.

“ Juara…kedua… SMA XIX “ penonton kembali bersorak. Namun, hatiku cemas. Pasti tidak akan menang. Baru kami akan melangkahkan kaki keluar,

“ Juara satunya… jatuh kepada SMA XX… “ kami semua terdiam. Haru memenuhi rongga hatiku. Pak Purwa memintaku untuk memberikan sambutan sebagai perwakilan. Dengan hati bergetar aku pun maju.

“ Assalamualaikum… hmm… saya tidak tahu harus mulai darimana. Tapi yang jelas puji syukur terlimpah pada Allah swt. Kemenangan ini, untuk kawan-kawan dogdog lojor SMA XX, pembingbing kami Bapak Purwa, Ibuku dan untuk Bapakku. Bapakku yang tewas karena melindungi alat-alat dogdog lojor saat beberapa orang yang tidak menyukai keberhasilannya berniat untuk mencuri. Bapak yang rela terkena bacokan dan tusukan pada tubuhnya, untuk membela semua alat dogdog lojor…dan Bapak yang selalu mencintaiku… terimakasih…” ucapku sambil terisak-isak. Penonton hanya terpaku mendengar ucapannku. Tiba-tiba seorang penonton berdiri dan bertepuk tangan, diikuti oleh semuanya.

Akhirnya kini aku mengerti, inilah tempatku. Inilah duniaku. Aku berjanji, mulai dari sekarang aku akan lebih memperhatikan satu-satunya peninggalan bapak ini. Aku baru menyadari betapa peninggalan bapak ini sangat berarti. Tak akan mampu terganti dengan harta yang melimpah. Seni adalah sesuatu yang indah bila kita mampu mengapresiasikannya dengan tepat.

Lalu, bagaimana dengan gadis berkerudung merahku? Akan kucari kamu. Sampai kutemukan dirimu… dan akhirnya aku tahu…

“ Namanya Laila…”

#THE END#

By : Nida Adilah - XI IPS 1